(Oleh Okran T. Nome, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FKIP Undana)
Minggu, 17 Mei 2015
SIKAP BAHASA TOKOH – TOKOH DALAM CERPEN THE FIRST BOY FRIEND KARYA ANISA NUR DINAWATI
(Oleh Okran T. Nome, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FKIP Undana)
1. DATA
FKIP Undana)
1. DATA
a. Nama - Nama Tokoh
Nama – nama tokoh yang terdapat dalam cerpen the first boy friend adalah sebagai berikut :
- Bella
- Selly
- Raka
Dari nama tokoh yang diketahui kalau tokoh-tokoh tersebut terbagi menjadi dua tokoh berjenis kelamin perempuan dan satu tokoh berjenis kelamin laki - laki. Selain itu tokoh-tokoh juga di bagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.
b. Bahasa Ungkapan
Bahasa sumber ungkapan dapat dikategorikan atas Bahasa Indonesia baku, Dialek Jawa, dan Bahasa Inggris melalui tiga kegiatan yaitu :
- Peristiwa tutur antar tokoh (dialog)
- Penggambaran tokoh oleh pengarang dan,
- Monolog tokoh
Dari semua rangkaian peristiwa tutur, maka didapat data sebanyak 1441 kata dalam Bahasa Indonesia, 273 kata dalam bahasa atau dialek jawa, 28 kata dalam bahasa Inggris, dan jumlah keseluruhan kata yang digunakan pengarang dalam cerpennya adalah 1742 kata.
2. PEMBAHASAN
Intensitas penggunaan bahasa
- Bahasa Indonesia, jumlah 1441 kata, presentase 82,72%
- Bahasa/Dialeg Jawa, jumlah 273 kata, presentase 15,67%
- Bahasa Inggris, jumlah 28 kata, presentase 1,61 %
Total keseluruhan 2088 kata dengan presentase 100%, dari data ini menunjukan bahwa intensitas penggunaan bahasa dalam cerpen the first boy friend memiliki sikap positif pada bahasa Indonesia, terlihat jelas dari tingginya presentase penggunaan Bahasa Indonesia dalam keseluruhan cerpen.
Penggunaan bahasa berdasarkan tokoh
- Bella : Bahasa Indonesia 173 kata (65,28%), Bahasa/Dialeg Jawa 86 kata (32,45%), Bahasa Inggris 6 kata (2,27%), Total 265 (100%)
- Selly : Bahasa Indonesia 194 kata (69,53%), Bahasa/Dialeg Jawa 76 kata (27,24%), Bahasa Inggris 9 kata (3,23%), Total 279 (100%)
- Raka : Bahasa Indonesia 171 kata (65,76%), Bahasa/Dialeg Jawa 71 kata (27,31%), Bahasa Inggris 18 kata (6,92%), Total (260%)
Data di atas menggambarkan sikap bahasa tokoh secara pribadi. Baik berupa dialog satu tokoh dengan tokoh lainnya atau dialog tokoh dengan dirinya sendiri. Hasil perhitungan didapat bahwa ketiga tokoh cenderung menggunakan bahasa Indonesia dibanding bahasa lainnya. Hal ini jelas dari tingginya presentase penggunaan Bahasa Indonesia dibanding bahasa lainnya.
3. SIMPULAN
Dari hasil pembahasan didapat bahwa intensitas penggunaan Bahasa Indonesia pada cerpen the first boy friend lebih tinggi dibanding bahasa lainnya. Berdasarkan hasil presentase maka dapat disimpulkan bahwa baik pengarang maupun tokoh-tokoh dalam cerpen memiliki sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.
4. LAMPIRAN CERPEN
Untuk membaca cerpennya klik disini
Sabtu, 16 Mei 2015
REDUPLIKASI BAHASA DAWAN DIALEK AMANATUN SELATAN
Oleh Okran Titor Nome
(Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Undana)
Abstrak
Tulisan ini berjudul
Reduplikasi Bahasa Dawan Dialek Amanatun Selatan. Permasalahan yang dibahas
dalam tulisan ini adalah apa sajakah reduplikasi yang terdapat dalam bahasa
dawan? Sementara itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui reduplikasi apa -
apa saja yang terdapat dalam bahasa dawan. Kajian yang dipakai adalah kajian
morfologi yang merupakan salah satu bagian kajian ilmu linguistik.
Kata
Kunci: Morfologi, reduplikasi, bahasa dawan dialek Amanatun Selatan
1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah suatu
sistem lambang bunyi yang dipakai manusia dengan tujuan komunikasi. Bahasa juga
merupakan cerminan, identitas, dan eksistensi suatu suku atau bangsa. Memiliki
bahasa sendiri membawa kebanggaan bagi suku atau bangsa tersebut.
Di Indonesia terdapat
sekitar 742 bahasa daerah. Salah satunya adalah bahasa dawan. Bahasa dawan
merupakan salah satu bahasa yang terdapat di pulau Timor. Bahasa dawan sendiri
memiliki banyak dialek salah satunya dialek Amanatun Selatan.
Sudah selayaknya kita
menjaga dan melestarikan kekayaan bahasa kita. Dalam bidang pendidikan dan
pengajaran di sekolah, bahasa daerah dapat dilestarikan melalui mata pelajaran
Mulok.
Banyak kajian teori
mengenai bahasa. Salah satunya adalah kajian
morfologi yang merupakan bagian dari ilmu linguistik. Dalam morfologi
sendiri terdapat proses morfemis salah satunya adalah reduplikasi (pengulangan).
Oleh karena, dalam karya tulis ini penulis ingin membedah bahasa dawan. Dari
sudut pandang morfologi bahasa terkhususnya pada bagian reduplikasi
(pengulangan).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah, yaitu :
- Apa pengertian reduplikasi ?
- Apa saja reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Dawan ?
1.3
Tujuan
Adapun
beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
- Untuk mengetahui pengertian reduplikasi.
- Untuk mengetahui reduplikasi apa - apa saja yang terdapat dalam bahasa Dawan.
2.
Pembahasan
2.1
Pengertian Reduliplikasi
Pengulangan
atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun
sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu merupakan kata
ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
2.2
Reduplikasi dalam Bahasa Dawan
a. Pengulangan seluruh
Dalam bahasa dawan perulangan seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa ada perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Contoh
:
- Mnela → mnela - mnela : Rata → rata - rata / sangat rata
- Mneo → mneo - mneo : Lurus → lurus - lurus / sangat lurus.
- Pelo → pelo - pelo : Ingus → ingus - ingus / ingusan
- Me → me - me : Merah → merah - merah
- Tuka → tuka - tuka : Pendek → pendek - pendek
- Mnanu → mnanu - mnanu : Panjang → panjang - panjang.
- Mpeh → mpeh - mpeh : Malas → malas - malasan.
- Luman → luman - Luman : Kosong →kosong - kosong
- Loh → loh - Loh : Jauh → jauh - jauh / sangat jauh
- Mepa → mepa - mepa : Kuat → kuat - kuat
- Neno → neno - neon : Hari → hari - hari
- Mabe → mabe - mabe : Malam → malam - malam
- Munif → munif - munif : Mudah → mudah - mudah / sangat mudah
- Mnasi → mnasi - mnasi : Tua → tua - tua / sangat tua
- Feu → Feu - Feu : Baru → baru - baru
- Leko → leko - leko : Baik → baik - baik
- Kleofa → kloefa - kloefa : Kusam → kusam - kusam
- Kbubu → kbubu - kbubu : Bulat → bulat - bulat / membentuk bulatan
- Nope → nope - nope : Kabut → kabut - kabut
b. Pengulanggan
berimbuhan
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks.
Contoh
:
- Fatu → makfatu - mafatu : Batu → berbatu - batuan
- Metan → met - metan : Hitam → kehitam - hitaman
- Mut → mut - Muti : Putih → keputih - putihan
- Molo → mol - molo : Kuning →kekuning - kuningan.
- Mate → mat - mate : Hijau → kehijau - hijauan
- Tuka → tuk - tuka : Pendek → pendek - pendek / sangat pendek
c. Pengulangan dengan
menghilangkan fonem
Pengulangan dengan menghilangkan fonem
dalam bahasa dawan adalah pengulangan bentuk dasar
yang menghilangkan salah satu fonem dari bentuk dasar tersebut.
Contoh
:
- Nao → naon - nao : Jalan → Jalan - jalan
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa dawan
Amanatun terdapat reduplikasi. Reduplikasi tersebut adalah reduplikasi
pengulangan seluruh, pengulanggan berimbuhan, dan pengulangan dengan
menghilangkan fonem.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa
penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu segala kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Daftar
Pustaka
- Kusmiati, Mia dkk. 2011. Morfologi (Laporan, Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Drs.Prana D. Iswara, M.P.d. selaku Dosen Mata Kuliah Kebahasaan). Sumedang :
- Maharani, Rina, dkk. 2011. Morfologi (Makalah, Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara). Sumedang
- id.m.wikipedia.org/wiki/Reduplikasi
- romanita4a.blogspot.com/2013/05/makalah-proses-pengulangan-atau.html?m=1
- id.m.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/kata_ulang
- rizardian.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-kata-ulang.html?m=1
- badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1164
Jumat, 15 Mei 2015
PROSES MORFOFONEMIK
NAMA : OKRAN TITOR NOME
NIM : 1101011020
KELAS : REGULER A
SEMESTER : III
2. Jenis - Jenis Proses Morfofonemik
Lain
halnya dengan Harimurti Kridalaksana yang menbagi proses morfofonemik menjadi
10 bagian yaitu :
NIM : 1101011020
KELAS : REGULER A
SEMESTER : III
1. Pengertian
Pengertian
Morfofonemik
- M. Ramlan mendefinisikan morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
- Harimurti Kridalaksana mendefisinikan morfofonemik sebagai subsitem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari morfem yang direalisasikan dalam tingkat fonologi.
- Chaer mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun proses komposisi. (Chaer, 2008: 43)
Pengertian
Proses Morfofonemik
- Menurut Harimurti Kridalaksana proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem.
2. Jenis - Jenis Proses Morfofonemik
Menurut
Abdul Chaer, Proses morfofonemik terbagi atas 5 yaitu :
- Pemunculan fonem
- Pelesapan fonem
- Peluluhan fonem
- Perubahan fonem
- Pergeseran fonem
- Pemunculan Fonem
- Pengekalan Fonem
- Pemunculan dan pengekalan fonem
- Pergeseran Fonem
- Perubahan dan pergeseran fonem
- Pelesapan fonem
- Peluluhan Fonem
- Penyisipan fonem secara historis
- Pemunculan fonem berdasarkan pola asing
- Variasi fonem bahasa sumber
3. Kaidah Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
1. Menurut Abdul Chaer
1. Menurut Abdul Chaer
a. Pemunculan
Fonem
Proses pemunculan fonem yakni munculnya fonem (bunyi)
dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada
kata dasar baca, akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca → membaca
b. Pelesapan Fonem
Pelasapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses
morfologi.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks pada kata dasar renang, maka
bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan.
ber + renang → berenang
c. Peluluhan
Fonem
Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta
disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi.
Contoh :
Dalam pengimbuhan prefiks me- pada
dasar sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu
diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan digantikan dengan fonem [ny]
yang ada pada prefiks me- itu.
me + sikat → menyikat
d. Perubahan
Fonem
Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau
sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi.
Contoh :
dalam pengimbuan prefiks ber- pada kata
dasar ajar terjadi perubahan bunyi. Dimana fonem [r] berubah
menjadi fonem [l].
ber + ajar → belajar
e. Pergesaran
Fonem
Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem
dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya.
Contoh :
Dalam pengimbuhan sufiks – i pada kata
dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem [t] yang semula
berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.
Lompat + i → me.lom.pa.ti
2. Menurut Harimurti Kridalaksana
a. Proses Pemunculan Fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem.
Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem
dasar.
Contoh :
Pemunculan /n/ pada penggabungan morfem dasar diri dan perfiks se- menjadi sendiri.
b. Proses pengekalan fonem
Pengekalan fonem terjadi bila pada proses penggabungan
morf tidak terjadi perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar maupun pada afiks.
Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih
konkret.
Contoh :
Pengekalan fonem /a/ bergabung dengan konfiks ke-an.
ke-an + raja →kərja’an
c. Proses pemunculan dan pengekalan
fonem
Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses
pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus
pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut; proses ini terjadi karena bahasawan
ingin mempertahankan identitas leksikal morf dasar dan bertujuan menghindari
homonim dengan bentuk pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada prefiksasi.
Contoh :
Pemunculan /ŋ/ dan pengekalan /k/.
/mə-/ + /kukur/ /meŋukur/
/pə-/ + /kaji/ /pəŋkaji/
d. Proses pergeseran posisi fonem
Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponene dari
morfem dasar dan bagian dari akfiks membentuk satu suku kata.
Contoh :
rambut + an → ram.bu.tan
e. Proses perubahan dan pergeseran posisi fonem
Perubahan
dan pergesaran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang
berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vokal.
Contoh
:
perubahan
dari fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada afiks ber-, per-, dan per-an
/ber-/ + /’ajar/ à be-la-jar
/per-/ + /’ajar/ à pe-la-jar
/per-an/ + /’ajar/ à pe-la-ja-ran
/ber-/ + /’ajar/ à be-la-jar
/per-/ + /’ajar/ à pe-la-jar
/per-an/ + /’ajar/ à pe-la-ja-ran
f. Proses pelepasan fonem
Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem dasar atau
afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks pada kata dasar ramal, maka bunyi [r] yang ada
pada prefiks per- dilesapkan.
per + ramal → peramal
g. Proses peluluhan fonem
Peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan
morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.
Contoh :
Dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar pilih
, maka fonem [p] pada kata pilih itu diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan
digantikan dengan fonem [m] yang ada pada prefiks me- itu.
me- + pilih → memilih
h. Proses pemunculan fonem secara historis
Penyisipan ini terjadi bila morfem dasar yang berasal
dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari bahasa asing pula, sehingga
fonem yang semula tidak ada pada morfem dasar itu, muncul kembali pada saat
penggabungan morf.
Contoh :
standar + -isasi → standarisasi
objek + if → objektif
i. Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa
asing
Pemunculan fonem terjadi karena mengikuti pola
morfofonemik bahasa asing.
Contoh :
dunia + -i →
duniawi
j. Proses variasi fonem bahasa sumber
Variasi fenom ini mengikuti pola bahasa sumber dan
memiliki makna yang sama dengan makna pada bahasa sumber.
Contoh
-kus ¬ -si -ik ¬ -s
kritikus kritisi klinik klinis
politikus politisi teknik teknis
DAFTAR PUSTAKA
- Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
- http://umilubis93.blogspot.com/2012/05/jurnal-2.html
- http://namamegapurnama.blogspot.com/2012/06/morfofonemik.html
- http://donni040189.blogspot.com/2010/07/pengertian-morfologi-dan-morfofonemik.html
Langganan:
Postingan (Atom)