Kamis, 04 Juni 2015

22 Ciri Rancang Bahasa Menurut De Sausure

Menurut de sausure bahasa adalah sistem komunikasi
Terdapat 5 bagian pokok bahasa
1. Bahasa sebagai bunyi dan saluran komunikasi
·         Bahasa memanfaatkan saluran bunyi dan dengar
·         Suara sebagai gelombang bunyi dan disiarkan segala arah dan di tangkap manusia dalam radius tertentu
·         Bunyi bahasa bersifat sesaat terdengar lalu senyap. Makna akan terungkap setelah bunyi lenyap. Ciri ini memungkinkan manusia ngobrol lama.
·         Untaian bunyi bahasa adalah tanda untuk menyampaikan makna dan bahasa memungkinkan umpan balik yang sempurna.
2. Bahasa sebagai struktur
·         Bunyi pola artikulasi ganda yang memungkinkan bunyi bahasa, disusun dan diubah – ubah untuk mengungkapkan berbagai makna. Contoh hantu, tuhan
·         Bahasa manusia terikat oleh kaidah bergantung pada struktur dan aturan yang ketat.
·         Bahasa memungkinkan manusia menciptakan tuturan baru yang belum pernah di dengarnya.
3. Di dalam bahasa ada ciri semantis
·         Bunyi bahasa diujarkan dengan tujuan membangun makna. Dikenal dengan konvensi atau kesepakatan berbahasa
·         Bahasa manusia berkembang dan digunakan menggunakan konvensi.
·         Bahasa diciptakan untuk menjadi khazanah pengetahuan, menyebarkan informasi dan bekerja sama.
·         Manusia berkomunikasi tentang segala sesuatu yang tidak terikat ruang dan waktu.
·         Bahasa manusia dibangun dari lambang yang arbiter (manasuka)
4. Bahasa sebagai alat pembelajaran
·         Bahasa manusia diwariskan melalui sosialisasi yang diciptakan melalui kebudayaan.
·         Proses belajar bahasa itu terjadi bertingkat
Ø  Rote learning : mengahafal
Ø  Proto learning : belajar tentang sesuatu
Ø  Deutero learning : belajar untuk belajar
·         Setiap bahasa memiliki kesamaan dasar

5. Penggunaan bahasa
·         Dengan bahasa orang yang berbicara juga bertindak sebagai pendengar
·         Bahasa manusia dapat digunakan untul menelaah dirinya
·         Bahasa memungkinkan orang berbohong
·         Bahasa verbal memungkinkan terjadinya negasi berupa pemberian penanda kala dan negasi ingkar
·         Sistem bahasa manusia produktif dan terbuka bagi bentuk baru

·         Bahasa manusia dibangun dengan sengaja bukan kebetulan.

Minggu, 17 Mei 2015

SIKAP BAHASA “BEBERAPA” MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KETIKA BERSAMA TEMAN – TEMAN DI KANTIN KAMPUS BERDASARKAN UNGKAPAN TINDAK TUTUR

(Oleh Okran T. Nome, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 
                                                                FKIP Undana)












SIKAP BAHASA TOKOH – TOKOH DALAM CERPEN THE FIRST BOY FRIEND KARYA ANISA NUR DINAWATI

       (Oleh Okran T. Nome, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 
                                                                FKIP Undana)


1. DATA

a. Nama - Nama Tokoh
Nama – nama tokoh yang terdapat dalam cerpen the first boy friend  adalah sebagai berikut :
  • Bella
  • Selly
  • Raka
Dari nama tokoh yang diketahui kalau tokoh-tokoh tersebut terbagi menjadi dua tokoh berjenis kelamin perempuan dan satu tokoh berjenis kelamin laki - laki. Selain itu tokoh-tokoh juga di bagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.

b. Bahasa Ungkapan 
Bahasa sumber ungkapan dapat dikategorikan atas Bahasa Indonesia baku, Dialek Jawa, dan Bahasa Inggris melalui tiga kegiatan yaitu :

  • Peristiwa tutur antar tokoh (dialog)
  • Penggambaran tokoh oleh pengarang dan,
  • Monolog tokoh

Dari semua rangkaian peristiwa tutur, maka didapat data sebanyak 1441 kata dalam Bahasa Indonesia, 273 kata dalam bahasa atau dialek jawa, 28 kata dalam bahasa Inggris, dan jumlah keseluruhan kata yang digunakan pengarang dalam cerpennya adalah 1742 kata. 


2. PEMBAHASAN

Intensitas penggunaan bahasa

  • Bahasa Indonesia, jumlah 1441 kata, presentase 82,72%
  • Bahasa/Dialeg Jawa, jumlah 273 kata, presentase 15,67%
  • Bahasa Inggris, jumlah 28 kata, presentase 1,61 %

Total keseluruhan 2088 kata dengan presentase 100%, dari data ini menunjukan bahwa intensitas penggunaan bahasa dalam cerpen the first boy friend memiliki sikap positif pada bahasa Indonesia, terlihat jelas dari tingginya presentase penggunaan Bahasa Indonesia dalam keseluruhan cerpen.

Penggunaan bahasa berdasarkan tokoh
  • Bella     : Bahasa Indonesia 173 kata (65,28%), Bahasa/Dialeg Jawa 86 kata (32,45%), Bahasa                   Inggris 6 kata (2,27%), Total 265 (100%)
  • Selly     : Bahasa Indonesia 194 kata (69,53%), Bahasa/Dialeg Jawa 76 kata (27,24%), Bahasa                    Inggris 9 kata (3,23%), Total 279 (100%)
  • Raka     : Bahasa Indonesia 171 kata (65,76%), Bahasa/Dialeg Jawa 71 kata (27,31%), Bahasa                      Inggris 18 kata (6,92%), Total (260%)

Data di atas menggambarkan sikap bahasa tokoh secara pribadi. Baik berupa dialog satu tokoh dengan tokoh lainnya atau dialog tokoh dengan dirinya sendiri. Hasil perhitungan didapat bahwa  ketiga tokoh cenderung menggunakan bahasa Indonesia dibanding bahasa lainnya. Hal ini jelas dari tingginya presentase penggunaan Bahasa Indonesia dibanding bahasa lainnya.


3. SIMPULAN

Dari hasil pembahasan didapat bahwa intensitas penggunaan Bahasa Indonesia pada cerpen the first boy friend lebih tinggi dibanding bahasa lainnya. Berdasarkan hasil presentase maka dapat disimpulkan bahwa baik pengarang maupun tokoh-tokoh dalam cerpen memiliki sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.


4. LAMPIRAN CERPEN

Untuk membaca cerpennya klik disini


Sabtu, 16 Mei 2015

REDUPLIKASI BAHASA DAWAN DIALEK AMANATUN SELATAN

Oleh Okran Titor Nome
(Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Undana)

Abstrak
          Tulisan ini berjudul Reduplikasi Bahasa Dawan Dialek Amanatun Selatan. Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah apa sajakah reduplikasi yang terdapat dalam bahasa dawan? Sementara itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui reduplikasi apa - apa saja yang terdapat dalam bahasa dawan. Kajian yang dipakai adalah kajian morfologi yang merupakan salah satu bagian kajian ilmu linguistik.
Kata Kunci: Morfologi, reduplikasi, bahasa dawan dialek Amanatun Selatan

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia dengan tujuan komunikasi. Bahasa juga merupakan cerminan, identitas, dan eksistensi suatu suku atau bangsa. Memiliki bahasa sendiri membawa kebanggaan bagi suku atau bangsa tersebut.
Di Indonesia terdapat sekitar 742 bahasa daerah. Salah satunya adalah bahasa dawan. Bahasa dawan merupakan salah satu bahasa yang terdapat di pulau Timor. Bahasa dawan sendiri memiliki banyak dialek salah satunya dialek Amanatun Selatan.
Sudah selayaknya kita menjaga dan melestarikan kekayaan bahasa kita. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah, bahasa daerah dapat dilestarikan melalui mata pelajaran Mulok.
Banyak kajian teori mengenai bahasa. Salah satunya adalah kajian  morfologi yang merupakan bagian dari ilmu linguistik. Dalam morfologi sendiri terdapat proses morfemis salah satunya adalah reduplikasi (pengulangan). Oleh karena, dalam karya tulis ini penulis ingin membedah bahasa dawan. Dari sudut pandang morfologi bahasa terkhususnya pada bagian reduplikasi (pengulangan).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah, yaitu :
  •  Apa pengertian reduplikasi ?
  •  Apa saja reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Dawan ?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
  • Untuk mengetahui pengertian reduplikasi.
  • Untuk mengetahui reduplikasi apa - apa saja yang terdapat dalam bahasa Dawan.

2. Pembahasan
2.1 Pengertian Reduliplikasi
Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

2.2 Reduplikasi dalam Bahasa Dawan
a.   Pengulangan seluruh
Dalam bahasa dawan perulangan seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa ada perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Contoh :
  • Mnela mnela - mnela              : Rata rata - rata / sangat rata
  •  Mneo mneo - mneo                 : Lurus lurus - lurus / sangat lurus.
  • Pelo pelo - pelo                       : Ingus → ingus - ingus / ingusan
  • Me me - me                             : Merah merah - merah
  • Tuka tuka - tuka                      : Pendek pendek - pendek
  • Mnanu mnanu - mnanu          : Panjang panjang - panjang.
  • Mpeh → mpeh - mpeh                 : Malas malas - malasan.
  • Luman luman - Luman           : Kosong kosong - kosong
  • Loh loh - Loh                          : Jauh jauh - jauh / sangat jauh
  • Mepa mepa - mepa                 :  Kuat kuat - kuat
  • Neno neno - neon                   : Hari hari - hari
  • Mabe mabe - mabe                 : Malam malam - malam
  • Munif munif - munif                : Mudah mudah - mudah / sangat mudah
  • Mnasi mnasi - mnasi               : Tua tua - tua / sangat tua
  • Feu Feu - Feu                         : Baru baru - baru
  • Leko leko - leko                       : Baik baik - baik
  • Kleofa kloefa - kloefa             : Kusam kusam - kusam
  • Kbubu kbubu - kbubu             : Bulat bulat - bulat / membentuk bulatan
  • Nope nope - nope                   : Kabut            kabut - kabut
b. Pengulanggan berimbuhan
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks.
Contoh :
  • Fatu makfatu - mafatu                          : Batu berbatu - batuan
  • Metan met - metan                               : Hitam kehitam - hitaman
  • Mut mut - Muti                                     : Putih keputih - putihan
  • Molo mol - molo                                   : Kuning kekuning - kuningan.
  • Mate mat - mate                                   : Hijau kehijau - hijauan
  • Tuka tuk - tuka                                     : Pendek pendek - pendek / sangat pendek
c. Pengulangan dengan menghilangkan fonem
Pengulangan dengan menghilangkan fonem dalam bahasa dawan adalah pengulangan bentuk dasar yang menghilangkan salah satu fonem dari bentuk dasar tersebut.
Contoh :
  • Nao naon - nao                                    : Jalan Jalan - jalan

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa dawan Amanatun terdapat reduplikasi. Reduplikasi tersebut adalah reduplikasi pengulangan seluruh, pengulanggan berimbuhan, dan pengulangan dengan menghilangkan fonem.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Daftar Pustaka

  • Kusmiati, Mia dkk. 2011. Morfologi (Laporan, Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Drs.Prana D. Iswara, M.P.d. selaku Dosen Mata Kuliah Kebahasaan). Sumedang :
  • Maharani, Rina, dkk. 2011. Morfologi (Makalah, Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen  Dr. Prana D Iswara). Sumedang
  •  id.m.wikipedia.org/wiki/Reduplikasi
  • romanita4a.blogspot.com/2013/05/makalah-proses-pengulangan-atau.html?m=1
  • id.m.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/kata_ulang
  • rizardian.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-kata-ulang.html?m=1
  •  badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1164

Jumat, 15 Mei 2015

PROSES MORFOFONEMIK

NAMA  : OKRAN TITOR NOME
NIM                : 1101011020
KELAS     : REGULER A
SEMESTER : III 


1. Pengertian
  Pengertian Morfofonemik 
  • M. Ramlan mendefinisikan morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
  • Harimurti Kridalaksana mendefisinikan morfofonemik sebagai subsitem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari morfem yang direalisasikan dalam tingkat fonologi.
  •  Chaer mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun proses komposisi. (Chaer, 2008: 43)
 Pengertian Proses Morfofonemik
  • Menurut Harimurti Kridalaksana proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem.

2. Jenis - Jenis Proses Morfofonemik

Menurut Abdul Chaer, Proses morfofonemik terbagi atas 5 yaitu :
  • Pemunculan fonem
  • Pelesapan fonem
  • Peluluhan fonem
  • Perubahan fonem
  • Pergeseran fonem
Lain halnya dengan Harimurti Kridalaksana yang menbagi proses morfofonemik menjadi 10 bagian yaitu :
  • Pemunculan Fonem
  • Pengekalan Fonem
  • Pemunculan dan pengekalan fonem
  • Pergeseran Fonem
  • Perubahan dan pergeseran fonem
  • Pelesapan fonem
  • Peluluhan Fonem
  • Penyisipan fonem secara historis
  • Pemunculan fonem berdasarkan pola asing
  • Variasi fonem bahasa sumber

3. Kaidah Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
     
1. Menurut Abdul Chaer
a. Pemunculan Fonem
Proses pemunculan fonem yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada kata dasar baca, akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca → membaca
b. Pelesapan Fonem
Pelasapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks pada kata dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan.
ber + renang → berenang
c.   Peluluhan Fonem
Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi.
Contoh :
Dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem [s] pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan digantikan dengan fonem [ny] yang ada pada prefiks me- itu.
me + sikat → menyikat
d.   Perubahan Fonem
Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi.
Contoh :
dalam pengimbuan prefiks ber- pada kata dasar ajar terjadi perubahan bunyi. Dimana fonem [r] berubah menjadi fonem [l].
ber + ajar → belajar
e.  Pergesaran Fonem
Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya.
Contoh :
Dalam pengimbuhan sufiks – i pada kata dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem [t] yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.
Lompat + i → me.lom.pa.ti
2. Menurut Harimurti Kridalaksana
   a. Proses Pemunculan Fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem. Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem dasar.
Contoh :
Pemunculan /n/ pada penggabungan morfem dasar diri dan perfiks se- menjadi sendiri.
b. Proses pengekalan fonem
Pengekalan fonem terjadi bila pada proses penggabungan morf tidak terjadi perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar maupun pada afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
Contoh :
Pengekalan fonem /a/ bergabung dengan konfiks ke-an.
ke-an + raja →kərja’an
c.  Proses pemunculan dan pengekalan fonem
Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut; proses ini terjadi karena bahasawan ingin mempertahankan identitas leksikal morf dasar dan bertujuan menghindari homonim dengan bentuk pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada prefiksasi.
Contoh :
Pemunculan /ŋ/ dan pengekalan /k/.
/mə-/ + /kukur/ /meŋukur/
/pə-/ + /kaji/ /pəŋkaji/
d. Proses pergeseran posisi fonem
Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponene dari morfem dasar dan bagian dari akfiks membentuk satu suku kata.
Contoh :
rambut + an → ram.bu.tan
e. Proses perubahan dan pergeseran posisi fonem
Perubahan dan pergesaran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vokal.
Contoh :
perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada afiks ber-, per-, dan per-an
/ber-/ + /’ajar/
à be-la-jar
/per-/ + /’ajar/
à pe-la-jar
/per-an/ + /’ajar/
à pe-la-ja-ran
f. Proses pelepasan fonem
Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.
Contoh :
Dalam proses pengimbuhan prefiks pada kata dasar ramal, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks per- dilesapkan.
per + ramal → peramal
g. Proses peluluhan fonem
Peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.
Contoh :
Dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar pilih , maka fonem [p] pada kata pilih itu diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan digantikan dengan fonem [m] yang ada pada prefiks me- itu.
me- + pilih → memilih
h. Proses pemunculan fonem secara historis
Penyisipan ini terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari bahasa asing pula, sehingga fonem yang semula tidak ada pada morfem dasar itu, muncul kembali pada saat penggabungan morf.
Contoh :
standar + -isasi → standarisasi
objek + if → objektif
i. Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
Pemunculan fonem terjadi karena mengikuti pola morfofonemik bahasa asing.
Contoh :
dunia + -i → duniawi
j. Proses variasi fonem bahasa sumber
Variasi fenom ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna yang sama dengan makna pada bahasa sumber.
Contoh
-kus ¬ -si -ik ¬ -s
kritikus kritisi klinik klinis
politikus politisi teknik teknis
  


DAFTAR PUSTAKA